Berapakah rata-rata throughput ADSL Speedy? Tentu bukan 384 kbps karena angka ini adalah line speed atau data transfer rate yang diset di perangkat DSLAM dan biasanya mengalami sedikit degradasi setelah terhubung dengan modem DSL melalui proses negosiasi. Degradasi speed ini memang tergantung kepada kualitas media (jaringan akses dan kabel rumah) yang dilewati.
Throughput menunjukkan kecepatan sebenarnya (efektif) dari suatu kegiatan transfer data antar kedua terminal dengan mengukur waktu mulai data dibaca dari harddisk lawan hingga ditulis di harddisk kita. Cara mengukurnya adalah dengan memindahkan/download sebuah file dengan ukuran tertentu dan diukur waktunya. Ukuran file yang ditransfer dibagi durasi transfer file menunjukkan angka throughput.
Contoh mudahnya begini. Kecepatan jelajah sebuah pesawat jet penumpang adalah 800 km/jam (analog dengan line speed), sehingga antara bandara Juanda dan Cengkareng dapat ditempuh dalam waktu 1 jam. Untuk mencapai pusat kota Jakarta dari Surabaya (plus total tambahan jarak terhadap kedua airport sekitar 40 km) kita bisa keluar rumah jam 04.00 untuk naik pesawat jam 05.00, kemudian naik bus jurusan Blok M atau Gambir dan disambung dengan taksi, bajaj, atau ojek untuk sampai di tujuan pada jam 08.00. Berarti throughput kita adalah 840 km/4 jam atau 210 km/jam.
Untuk mengukur throughput Speedy ada dua website yang bisa dijadikan acuan. Yang pertama adalah situs http://www.telkomspeedy.com/ untuk mengukur throughput di dalam network Telkom (on net). Throughput Speedy on net seharusnya bisa mencapai angka 300 kbps karena server yang berisi file untuk mengetes ini tersebar di banyak lokasi. Jika angkanya jauh di bawah itu bisa dipastikan ada gangguan di network internal (BRAS ke bawah) mulai dari BRAS, metro akses, DSLAM, jaringan akses, kabel rumah, modem, LAN, hingga PC yang digunakan.
Situs kedua adalah http://www.speakeasy.net/ yang sering dijadikan acuan untuk mengukur throughput koneksi internet. Throughput Speedy untuk koneksi internet seharusnya bisa mencapai antara 75 sampai 100 kbps. Jika angkanya jauh di bawah itu bisa dipastikan ada gangguan di koneksi ke gateway Internet (jalur backbone domestik) atau di jalur internasional misalkan akibat gempa di Taiwan bulan lalu.
Gangguan koneksi yang dimaksud bisa berupa gangguan fisik seperti perangkat, kabel, port, atau karena traffic yang penuh karena ada serangan virus atau file-file sampah.
Sekarang, bagaimana cara memperoleh rata-rata throughput Speedy? Hasil dari suatu pengetesan via suatu line ke situs tes tentu hanya menunjukkan hasil pada waktu dan line tertentu. Samplingnya terlalu kasar untuk dijadikan angka rata-rata, bahkan jika seluruh line teman-teman kita digunakan sebagai sample.
Pendekatan lain yang lebih mudah dilakukan dan valid adalah dengan mengambil angka usage para top scorer usage dalam sebulan. Mengapa yang dipilih adalah para top scorer? Karena bisa dipastikan merekalah user-user yang benar-benar menggeber line Speedy-nya 24 jam per hari selama sebulan penuh sehingga bisa mencerminkan throughput yang sebenarnya dengan cara membagi jumlah usagenya dengan 720 jam. Untuk user-user yang menghasilkan usage kecil tentu saja tidak bisa dijadikan acuan karena mereka memang tidak benar-benar menggenjot line Speedy-nya (hanya konek tapi dibiarkan idle).
Berdasarkan hasil survei terhadap beberapa beberapa pengguna Speedy Unlimited Office, ada yang bisa mencapai usage di atas 85 GB dalam sebulan. Angka ini setara dengan 18 keping film DVD! Jika dibagi 720 jam maka akan diperoleh throughput rata-rata di atas 270 kbps! Kebanyakan pencapaiannya memang tidak sebesar itu tergantung aktivitas masing-masing, tetapi dari pengakuan mereka cukup banyak mencapai angka sekitar 30 GB per bulan atau jika dihitung berarti masih memiliki throughput rata-rata di atas 100 kbps.
Ada sebuah iklan dari operator 3G GSM yang mengatakan: Akses internet hingga 2,6 Mbps lebih cepat dari ADSL. Mari kita analisis secara sederhana saja. Umumnya sebuah BTS terhubung ke MSC dengan koneksi E1 atau digital microwave yang memiliki kapasitas transfer data 2 Mbps. Hanya beberapa BTS saja yang memiliki koneksi high speed dengan fiber optik. Artinya orde speed Mbps itu bisa saja dicapai tapi syaratnya semua orang yang tercover di BTS itu harus mematikan handsetnya! Tentu berbeda jauh dengan yang terdapat di layanan ADSL di mana modem ADSL terhubung secara dedicated ke DSLAM dengan line speed yang relatif konstan, kemudian DSLAM terhubung ke BRAS melalui koneksi gigabit network. Dari sini kita sudah bisa menghitung mana yang lebih realistis. Atau mungkin sudah ada yang pernah mengetes koneksi ke situs internal mereka sendiri dan memperoleh throughput di atas 1 Mbps?
Jadi kalau ingin menguji kecepatan sesungguhnya dari layanan broadband, jangan melakukan pengetesan speed pada saat tertentu, di mana koneksi dapat mengalami kemungkinan naik turun, tapi catatlah jumlah usage yang bisa diperoleh dalam sebulan penuh. Dari situ lah kita akan melihat apakah suatu layanan broadband itu benar-benar broadband.
Tags:
INTERNET
Salam kenal dari saya, artikel anda bagus, bermanfaat bagi saya terima kasih